Sabtu, 19 Desember 2015

[Short-Story] Ikatan

Some  short-stories of mine will be posted later and this is the first. Aku pengen nge-share di tumblr tapi jaringan nggak bisa di andalin. And that's why..

 Hope you like it!

---

Hai. Perkenalkan, namaku Kon Green Tea dan biasa dipanggil Kogi. Aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Adikku yang pertama bernama Kome alias Kon Lime dan adikku yang terakhir bernama Koko alias Kon Choco. Mereka semua sama sepertiku, nakal, suka keluyuran, jarang belajar, gamer, dan sifat buruk lainnya yang sering kami lakukan. Tapi, ada satu hal yang membuat kami disukai semua orang, kami semua baik hati dan tampan rupawan bak pangeran khayangan. Tak ada yang bisa menandingi kebaikan dan kegantengan kami bertiga.


"Kak Kogi, pomadeku mana sih?" teriakan Kome dari kamar sebelah membuyarkan lamunanku. Duh, adikku yang satu itu nggak bisa apa ngomong biasa aja.
"Mana kutahu! Aku nggak ada minjam, woy! Coba tanya Koko." aku berteriak tak kalah keras. Rasakan.
"Pomade tuh apa, kak?" Koko tiba-tiba muncul di depan pintu kamarku dengan wajah polos. Maklum, anak itu masih ingusan.
"Aduuh, Koko." keluhku. "Ituloh, gel yang biasa untuk merapikan rambut. Punya Kogi wadahnya warna hitam-biru."
Koko terlihat berpikir sejenak. Dahinya berkerut dan bibirnya mengerucut. "Oh!" dia menjentikkan jarinya heboh. "Yang kayak gel semir sepatu kan? Kemarin sepatuku kotor banget. Jadinya kupake deh. Itu buat rambut?" tanyanya dengan wajah tak bersalah.
Aku melongo parah. Sumpah, ya. Adikku yang satu ini memang polos atau apa sih?
"Kome...!" panggilku. "Aku tau dimana pomade yang kamu cariii..!"
Dari kamar sebelah, terdengar suara grasak-grusuk disusul derap langkah cepat yang semakin mendekat. "Dimana?"
Dengan malas, aku menunjuk Koko yang tampak heran kemudian berlalu keluar kamar. Huh, daripada aku mendengar perdebatan Kome dan Koko, lebih baik aku mencari udara segar.
---
Aku berjalan tak tentu arah. Membiarkan begitu saja kaki ini mebawaku melangkah. Hingga akhirnya aku tiba di depan sebuah taman perumahan. Baiklah, tidak ada salahnya untuk duduk sebentar dan memperhatikan keadaan sekitar. Beberapa anak kon kecil tampak bermain ayunan dan berlari riang kejar-kejaran. Aku jadi  teringat Koko. Apa kabar dia dimarahi Kome, ya? Semoga dia masih utuh ketika aku pulang nanti.
"Hai." sapa seseorang dari belakang. Aku menoleh dan melihatmya. Ternyata Kory alias Kon Strawberry, kon yang telah menjadi teman baikku sejak ia pindah ke perumahan ini dua tahun lalu.
"Oh.. Ha..hai!'" jawabku gugup. Entah kenapa aku selalu gugup di depannya. Dia terlalu sempurna untuk menjadi teman baik seseorang yang amburadul sepertiku. Dia cantik, pintar, baik, kritis dan sejuta kelebihan lainnya yang ia miliki, namun aku tidak.
"Tumben ke sini. Biasanya sore-sore gini kamu asyik main game, bukan?" dia duduk di sebelahku. Meletakkan buku bacaan--yang entah apa judulnya--di pangkuannya.
"Kome sama Koko lagi ribut. Daripada aku kalah main game, mending cari aktifitas lain." keluhku.
"Anak kecil memang suka kelahi. Namanya juga belum dewasa.," katanya. Aku manggut-manggut sok mencerna.
Lalu, kami sama-sama terdiam, memperhatikan anak-anak kon kecil yang sedang asyik membuat istana pasir di kotak pasir. "Hidup ini hebat ya." katanya tiba-tiba.
Aku menoleh cepat, tidak mengerti. "Maksudmu?"
"Coba lihat deh kon kecil itu." aku mengikuti arah telunjuknya. Tampak anak kon laki-laki berambut hijau sepertiku berebutan sekop pasir dengan kon berambut cokelat.
"Mereka berebutan, kelahi, dan mungkin sebentar lagi mereka bakal adu pukul. Tapi, mereka tak terpisahkan. Aku selalu melihat mereka bermain berdua setiap sore di sini. Aku yakin, gi, sekeras apapun mereka berusaha untuk kelahi kemudian bermusuhan, mereka akan saling memaafkan pada ujungnya. Tak peduli walaupun itu masalah kecil atau besar, tak peduli walaupun mereka berdua harus terluka dulu pada awalnya, mereka akan kembali seperti semula. Mereka punya ikatan yang tak akan luntur oleh masalah apapun di dalam hati mereka, ikatan kasih sayang antar sahabat." Kory tersenyum menatapku. Senyuman yang sangat manis, sesuai dengan dirinya.
Aku berdecak dalam hati. "Kamu tuh ya, filosofis banget. Cuma dari hal kecil gitu aja, kamu bisa tahu sesuatu yang berharga."
"Aku anggap pujian, nih?" tanyanya.
Aku tertawa kecil. "Menurutmu?" lalu dia ikut tertawa. "Eh, kalo dipikir-pikir Kome dan Koko juga kayak gitu. Satu jam kelahi, pukul-pukulan, satu jam berikutnya udah main bareng lagi."
"Makanya., aku kasih tau kamu kayak gini supaya kamu nggak perlu khawatir kalo Kome dan Koko kelahi lagi."
"Emang aku keliatan kayak khawatir?" tanyaku menyelidik.
"Iya. Pulang, yuk! Bentar lagi matahari tenggelam." ajaknya.
Dalam hati, aku mengomel. Segitu mudahnya kah ekspresiku terbaca? Tapi, aku tak sempat mengungkapkan pikiranku karena ia dengan cepatnya sudah berlalu pergi meninggalkanku. Apa-apaan!

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...